TAHUN 2018
Kamu berbeda dari tahun yang
lain,, tidak seperti tahun sebelumnya kau memberi banyak kenangan dengan luka
yang tak pernah bisa dilupakan. Namun semua perjuangan dimulai dari sini...
berawal dari sebuah cobaan yang begitu menyiksa di mana seorang ayah yang saya
kenal kuat dan selalu menjadi penopang bagi keluarga kini terbaring lemah tak
berdaya dalam menghadapi sebuah penyakit yang diderita.
Sebagai anggota
keluarga yang disulungkan tentunya banyak yang menjadi bahan pertimbangan dan
tentunya memulai sesuatu dengan bertindak untuk berusaha tanpa tergantung pada
orang tua dengan cara bekerja. Tepatnya pada awal tahun saya berkerja sebagai
karyawan disebuah hotel dimana latar belakang pendidikan sangat bertolak
belakang dengan pekerjaan tersebut.
Ditambah lagi dengan suasana kerja yang tidak mendukung dengan prinsip
dalam hidup saya... namun demi untuk dekat dengan orang tua dan dapat selalu
mengontrol keluarga saya melakukannya. Hari demi hari, minggu ketemu minggu,
bulan ketemu bulan mencoba menikmati pekerjaan sembari merawat orang tua
dibantu adik-adik saya sembari berharap kesembuhan orang tua tentu menjadi hal
yang saya anggap sebagai ibadah dalam menjalani hidup yang penuh tidak
kepastian... namun semakin lama waktu membuktikan kekejamannya kenikmatan yang
Tuhan kasih semua ada awal dan akhirnya ketika kita berencana dan Tuhan
berkehendak lain semua itu jadi bukti bahwa manusia tidak dapat berdaya
dihadapan kuasannya. Terkait dan asmara saya mencoba optimis dengan memberikan
sebuah tanda dan ihktiar kepada seseorang yang mungkin kebangkitan itu terasa
muncul dengan adanya dia dalam hidupku.
dipertengahan tahun ketika
tepatnya bulan ramadhan dimana yang seharusnya kami menghadapi hari bahagia dan
hari kemenangan namun ketika itu tepat 1 hari sebelum hari kemenangan tiba.,
kakek yang menjadi andalan kami keluarga jika ada masalah, kakek yang menjadi tauladan dalam
setiap tingkah laku kami bahkan dalam ibadah diantara anggota keluarga kakek
tidak ada yang menandingi pergi menghadap sang maha kuasa. Bagi saya ini
merupakan pukulan yang sangat menyakitkan dan sangat menyiksa dan terutama bagi
ibu saya dimana disisi lain ia memiliki suami yang sedang terbaring lemah ,,,
disisi lain ia ditinggal oleh seorang ayah yang sangat dia cintai. entah dosa
apa yang menghampiri keluarga kami namun sembari menatap langit yang cerah melihat lautan yang luas mencoba optimis
dengan melihat kebaikan yang mungkin muncul.
Menghadap idul adha hal yang
paling menyakitkan pun tiba tepat 4 hari sebelum hari raya kurban ayah saya menghembuskan
nafas terakhir dirumah sakit,,, segala usaha dan upaya telah kita perjuangan
doa dan harapan telah kami usahakan dari seorang yang ayah yang meresa masih
ingin berjuang melawan sakit untuk sehat demi melihat anak-anaknya berhasil dan
apa yang telah diperjuangan tersebut terwujud,,, kini hanya menjadi angan-angan
belaka. Ia ada seorang yang penuh semangat penuh cita-cita penuh perjaungan
penuh harapan tak kenal badai tak kenal rasa sulit tak kenal takut,,, sepanjang
hidup pendidikan ialah hal utama demi keluarga seorang ayah yang rela menderita
sepanjang hidupnya demi keluarga yang dicintainya walaupun balasanya yang dia
dapat belum sepenuhnya ia harapkan... jangan segempal keluh kesah bahkan
setitik masalah tak pernah ia limpahkan ke kami,,, ia selalu berusaha
menanggungnya walaupun badan dan harkat menjadi taruhannya.
Diakhir hayatnya ia hanya bisa
menangis melihat anak2 mendamping tanpa bisa mengucap sepata kata tentang
kebaikan kami di masa yang akan datang dikarenakan penyakit yang menghimpitnya
banyak yang ingin dia utarakan hal itu tergambar dalam derai aimata diasaat dia
membuka mata untuk yang terakhir kalinya.... saya hanya tidak bisa membayangkan
betapa menyakitkannya ketika hal yang kau perjuangkan hal yang telah kau
usahakan disisa hidupmu bahkan untuk kebaikan keluarga tak dapat kau ucapkan
ditengah keinginan untuk sembuh namun tuhan menyuruh untuk berhenti dan meninggalkan
semuanya... betapa sesaknya hari terakhir tersebut.
Itulah perjuangan seorang ayah yang kini dapat
kupahami betapa waktu dan kesempatan
begitu sangat mahal harganya. Cinta dan kasih tak akan pernah bisa
dibalas dengan hanya berucap namun keikhlasan selalu menjadi penolong di akhir
perjalan... sejauh-jauh kita melangkah pada kebenaran pula kita akan kembali.
Dengan kepergian ayah saya
menjadi pukulan yang sangat telak bagi kami keluarga. Terutama ibu saya,,,
belum lama ayahnya meninggal kini sang suamipun meninggalkannya. Bagai burung
yang tak bersayap karena sayapnya telah terpatahkan. Kini hanya anak-anak yang
menjadi hapannya untuk menghadapi hidup kedepannya.
Setelah ayah saya pergi... saya
memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan saya bukan karena alasan seorang ayah
namun lebih kepada prinsip hidup yang jauh dari lingkungan kerja. Ditambah lagi
sebagai seorang anak sulung tentu segala aktifitas yang ada jika seorang ayah
sudah tiada maka tentu dipundaknya kini berada.
Dipenghujung tahun setelah
kepergian ayah saya kini om yang biasa saya pijat pundaknya ketika bertemu
dimasjid ketika sholat berjamaah... orang yang saya dekati dengan candanya meningggalkan
kami juga... hal itu membuat saya sangat terpukul dan sangat menyesali kenapa
harus kami keluarga yang mengalami yang namanya ditinggalkan hampir dalam waktu
yang bersamaan. Apakah ini bencana atau sebagai cobaan yang begitu rumit untuk
dijalani.
Kusimpan cerita tahun ini sebagai
bahan motivasi dan pelajaran berharga dalam menghadapi dunia kedepannya yang
tak tentu arah. Kejadian demi
kejadian,,, seperti sebuah drama yang tiada akhir. Ada yang datang dan pergi
seperti arah langkah yang jauh membayangi...
0 komentar:
Posting Komentar