.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }
Minggu, 10 April 2016

Berkelana Dalam Sejarah Yang Tak Bertuan

Dihadapan teman yang bisu dengan caranya ia ajak bicara seorang anak mantan nelayan duduk di tepi jalan dengan lalu lalang kendaraan, mengamati kesibukan lalulintas yang berdesuh kencang lewat dalam ribut. Dia ada seorang pemuda yang belajar dari alam dan sosial, dimana segala sesuatu berbicara tujuan dan cinta. seorang ibu bekerja siang dan malam meski tak terlihat lelah diwajahnya, seorang ayah bekerja bersama pemuda dengan imbalan yang tak mencukupi untuk kehidupan dunianya, seorang sahabat dengan masa lalunya milih berjalan diatas rumput yang berduri ditangah malam yang menemani, seekor burung dengan rumah penjara dengan jaminan kehidupan yang tak bisa memberinya kebahagian.dan kehidupan dengan segala isinya mengajari sang pemuda.


Dia berumur duapuluh empat tahuan, kemarin dia berjalan dengan seorang gadis disuatu tempat bersejarah dinegeri yang kayak akan sumberdaya alamnya, dan dia jatuh cinta padanya. Namun kemudian dia tahu bahwa gadis itu adalah milik seseorang. dia menyalahkan hatinya, jiwanya mengeluh dalam dirinya. namun keluhan itu tidak memalingkannya dari cinta, atau menyuruh cinta berpaling dari kenyataan. seorang yang terperangkap oleh hati dan jiwa adalah seperti cabang pohon tipis yang terbanting-banting antara utara dan selatan.

Pemuda itu melihat sebuah pohon yang berbuah lebat tubuh disekitar batu yang menjadi taman dalam sebuah istana, dia mendengar seekor burung bernyanyi dan ia menangis dalam kesendiriannya. saat-saat cintanya telah lewat didepan matanya yang seperti hantu. perasaan tertuang keluar lewat kata-kata dan airmatanya :

"Lihat betapa cinta mengejekku! apakah ia akan membuat gurauan untukku dan meninggalkanku pada sebuah tempat dimana harapan-harapan menjadi dosa-dosa dan rasa malu yang panjang? cinta-yang aku puja-puja, telah menyeret hatiku menuju istana dan menjatuhkan kedudukanku pada gubuk karyawan dengan kesibukan sosial didalamnya. Hal itu telah mengajak jiwaku menuju hari-hari menggairahkan, menuju seseorang yang dikelilingi para bangsawan dan dijaga oleh kehormatan kaum ningrat. Cinta, aku patuh, namun apa yang kau ingin aku lakukan? jalan-jalanmu menuntun melewati aku dan nyala api menghanguskanku. Kubuka mataku, namun yang terlihat hanya lah kegelapan. aku kehilangan lidahku, namun aku hanya bicara tentang duka cinta. waktu yang lama memelukku, oh cinta, dengan sebuah naungan batin yang hanya dapat dipuaskan oleh ciuman kekasih. aku lemah, oh cinta. mengapa engkau yang kuat musti memusuhiku? mengapa engkau yang menyalahkanku ketika engkau adil dan aku tak bersalah? mengapa engkau merendahkanku ketika aku tak punya penolong lain kecuali engkau? mengapa engkau mengabaikanku meskipun engkau penciptaku? apabila darahku mengalir dalam nada-nadaku melawan kenginanmu, tumpahkan saja.. apabila kakiku hanya melangkah dijalanmu, buatlah jalan lain takada. lakukan apapun yang kau inginkan dengan tubuh ini, namun tinggalkan jiwaku demi kegembiraan dalam perasaan aman ditanah-tanah ini diatas bayangan sayap-sayapmu.

kau melihat sendiri dalam cintaku, sendiri dalam kerinduanku, jauh dari dia. Ia tak menginginkanku bahkan sebagai seorang pembantu dalam istananya...?

oh engkau dengan namamu yang membuatku takut untuk menyebutnya dan takut mengdengarnya. oh engkau yang menutupi aku dari dengan kisah persahabatan yang dijunjung tinggi. engkau telah mempesonakan pikiran yang kemarin menjadi milik kebebasan alam, namun hari ini telah menjadi tawanan didalam ikatan gairah ini. seorang yang cantik, telah kulihat engkau dan telah kuketehui alasan kedatanganku didunia ini. ketika aku pelajari betapa tinggi kedudukanmu dan mempertimbangkan kerendahan hatiku sendiri, aku mengerti bahwa Tuhan mempunyai banyak rahasia yang tak diketahui manusia. Aku tahu pasti ketika ketemukan engkau duduk diantara para wanita dalam penantian, seperti sekuntum mawar ditengah rerumputan, aku berpikir bahwa pengantin dalam mimpi-mimpiku telah ditakdirkan satu golongan denganku. Ketika kuamati kedudukan tinggi ayahmu, kutemukan bahwa harga untuk memetik bunganya adalah jari-jari yang berdarah tertusuk duri-durinya. itu semua adalah apa yang disatukan mimpi-mimpi dan kesadaran.

Dia kemudian berdiri dan berjalan menuju mata air pencaharian dengan bahu yang tegang dan hati yang patah, menyuarakan kesedihan dan keputusasaan"

Kemarilah kematian, antarkan aku! bumi ini tempat duri-duri menahan bunga-bunga bukanlah tempat untuk hidup. bebaskan aku dari usia ini, dimana cinta telah dihentikan dari singgasana kemuliaan, kedudukan yang tinggi telah merebut tempatnya. bebaskan aku, kematian. karena keabadian adalah tempat yang lebih baik bagi cinta untuk bertemu dari pada bumi ini. 

Wasalam...


0 komentar:

Posting Komentar

Breaking News
Loading...
Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2013 BONTER STATISTIKA All Right Reserved