.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }
Senin, 11 Maret 2024

Usus Buntu dengan Segala Dampaknya

Hari itu hari yang panjang dengan aktifitas menyiapkan kebutuhan keluarga di pagi hari.
Sorenya mencoba menghibur diri dengan memancing dipinggiran dermaga, sebenarnya bukan tanpa alasan mencoba menikmati setiap umpan yang turun d dasar laut, namun hal itu mengingatkan saya tentang sosok almarhum yang mengajarkan saya cara memancing yang benar.
Tapi apapun itu pekerjaan sekarang adalah yang diimpikan beliau untuk anaknya telah tercapai. Sekembalinya saya dari pemancingan jujur sedikit kecewa karena hasilnya nihil. Setibanya dirumah sibayi mungil menanti untuk ditemani bermain dan digendong, sambil menungu ibunya selsai makan, namun entah kenapa rasa lapar tiba-tiba menyerang. Mencoba mengisi perut dengan sebuah apel dikulkas dengan harapan untuk mengurangi rasa lapar namun sebalik malah menambah rasa lapar. 

Setelah istri selesai makan, kami bertukar tugas menjaga simungil, dan saya mulai makan, namun rasa perih mulai meningkat. Pada saat itu saya mencoba prediksi adalah penyakit maag, hal ini disebabkan saya memiliki riwayat penyakit tersebut.Dengan memodalkan prediksi tersebut, saya mencoba meminum sebutir obat, namun hal itu tidak mengurangi rasa sakitnya. 

Setelag beberapa jam menahan sakit, saya memutuskan untuk menghubungi teman untuk menemani saya ke rumah sakit, disaat orang mulai terlelap saya dan teman saya menuju rumah sakit sekitar jam 11 malam kami tiba d rumah sakit, saya bertemu suster dan dokter, dokter tersebut hanya menanyakan apakh saya ada alergi obat dan apakah ada riwayat penyakit yang pernah saya alami? Saya hanya menjawab tidak ada dan saya memiliki riwayat penyakit  maag. Seteleh dicek sama dokter, dokter langsung memberikan obat maag sekaligus pereda rasa sakit. Setelah berlangsung setengah jam, saya kemudian disuntikan kembali dengan pereda nyeri, setelah itu saya mulai merasa berkurang, selang beberapa jam kami diperbolehkan balik kerumah, namun pada saat itu saya merasa belum sepenuhnya baik, namun saya mencoba positif thingking dengan harapan dengan meminum obat yang diperintahkan dokter perlahan akan segera membaik.

Setelah balik ke rumah dan tertidur selama lima jam, subuh harinya sakit yang dialami tidak berkurang, oleh sebab itu saya memutuskan untuk meminum obat dari dokter, dan mencoba tidur beberapa saat, setelah paginya mencoba makan beberapa makanan ringan yang ada namun malah menambah rasa sakit diperut, sehingga istri mengusulkan untuk mencoba ke rumah sakit lain, setelah mencoba kerumah sakit lain atas rekomendasi sang istri, dengan bantuan teman, kurang lebih setengah jam kami sampai di rumah sakit.

Sesampainya kami di rumah sakit, kami langsung keruangan UGD, dan setelah didiagnosa, ternyata penyakitnya komplikasi, maag dan usus buntu, hal ini tentunya diluar dugaan karena dari gejala yang muncul selama ini tidak pernah terbesit terkait penyakit ini, dan menurut dokter memang gelaja ini muncul hampir sama dengan maag, namun untuk gejala awal hanya perut bagian kanan bawa bagian dalam, jika sudah parah, maka akan menjalar kebeberapa bagian lain dan hal itu apabila ditekan sedikit saja, akan menimbulkan rasa sakit yang parah. 

Setelah dokter umum mendiagnosa, kami disarankan untuk menunggu dokter bedah agar memastikan kembali terkait diagnosa awal tersebut, namun yang menjadi masalah adalah ketika dokter bedah sedang bekerja dirumah sakit lain, dan hanya bisa datang ketika sore atau malam hari, lantas kami diberi pilihan opsi untuk dirujuk kerumah sakit daerah agar mendapat penangan medis yang murah, namun selang beberapa waktu kami mendapat info terkait rumah sakit tersebut lagi penuh sehingga kami memutuskan untuk menetap.

Setelah beberapa lama kami menetap pada saat sore menjelang malam, rasa sakit pada saat sebelum diberi obat pereda nyeri pun muncul kembali, namun ternyata itu salah satu strategi dokter sebelum melakukan operasi dimana agar diagnosa tidak salah. Setelah dokter bedah datang, dan memeriksa kembali, kami langsung diperintahkan untuk operasi ususbuntu.

Baju disuruh lepas, pakaian diganti dengan warnah hijau, tandu mulai menanti didepan pintu kamar rawat inap, beberapa dokter mulai melakukan persiapan, lampu ruang beda mulai dinyalakan dan saya mulai digotong keruang operasi, istri dilarang kedalamnhanyabsebatas ruang ganti, dokter yang gotong saya berbadan besar meskipun seorang wanita, sehingga tidak ragu untuk menggotong saya ruang operasi.

Ketika saya di ruang operasi, beberapa dari dokter mulai memakai sarung tangan, dan ada dokter untuk menyuruhbsaya meluruskan badan berpatokan dengan lampu operasi, setelah meluruskan badan, saya suruh duduk membungkuk untuk disuntikan dibagian belakang dimana ini merupakan tindakan awal dari operasi. Dari perasaan saya memasuki ruang operasi, saling berkecamuk antara khawatir, takut, gugup dan frustasi, namun kucoba berserah sama yang maha kuasa. Setelah disuntik dari dokter anestesi, saya disuruh untuk berbaring, selang beberapa saat saat badang sudah tidak dapat bergerak, saya mulai mengamatinjalan operasi melalui lampu sorong operasi yang digunakan namun dikarenakan dokter anestesi melihat hal itu akhirnya saya d suntikan obat tidur. Pada saat saya sadar, operasi masih berlangsung namun operasi tersisa penjahitan luka untuk menurup bekas operasi, tidak lama setelah itu dokter menginfokan bahwa operasi telah selesai.

Badan saya setengah tidak dapat digerakan, info dari dokter sekitar 3 jam akan kembali merasakan sakit karena hasil operasi. Setelah itu baru bisa makan. Namun setelah keesokan harinya kaki saya baru bisa d gerakan. Namun perut sudah tidak sakit lagi, info dari dokter paska operasi mengatakan kondisinya baik untuk pemulihan, saya harus beristrahat selama 2 minggu sebelum beraktifitas kembali.

Beberapa dari teman ataupun keluarga datang berkunjung. Istri sama adik bergantian menjaga saya dan anak. Ketika dirumah sakit. Banyak keluar dan teman kaget karena saya beberapa hari sebelumnya masih bertemu baik ditempat kerja maupun dipasar tempat kebanyakan keluarga mencari nafkah.

Setelah kejadian ini saya banyak sekali bersyukur karena masih di kelilingi teman dan keluarga yang begitu peduli terutama, istriku, mba citra, adika aku, yogi, krisna, mas maimun, bapak yogi, mama yogi, la awi, dan keluarga, teman lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kebaikan kalian terbalaskan. Aaamiiinnn

Demikian dari saya terima kasih, sampai jumpa di cerita berikutnya.


Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 komentar:

Posting Komentar

Breaking News
Loading...
Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2013 BONTER STATISTIKA All Right Reserved