.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }
Minggu, 13 Agustus 2017

Paginya Seorang Singel


Pagi itu adalah hari yg cerah.... Seberkas rejeki senyuman menghampiri ditengah ketidakpastian masa depan yang membingungkan... Hulu dan hilir mudik aktifitas turut menunggu untuk senyum menerkah membawa kebahagian bagi sesama... Bangunku menemani ku menatap kampung halaman di belakang teras rumah... Duduk sambil mengulas mata yg blm sepenuhnya mekar menemani pagi... Tiba-tiba terdengar suara panggilan... Yang memaksaku untuk senyum... 

Dia adalah seorang yg tidak lagi baru dalam hidupku,,, dengan gembira iya menyambut pagi dengan seberkas rayuan mainan yg ia mainkan dengan begitu indahnya ... Perbincangan hangat menemani pagi hingga menjelang siang... Suatu hal yg di bahas tentang kebaikan dan keburukan yang iya sukai... Namun hal itulah yang membuatku bertanya... Mengapa? Seiring berjalannya waktu adalah harga yang iya tawarkan begitu manis menerkah bagai taman tak bercahaya... Ya itulah sedikit gambarannya... Taman yg tak bercahaya... Ya indah di rasa tapi tak terlihat... Mungkin kesalahannya adalah janji yg begitu manis... Mengapa itu kesalahan? 

Iya karena darinya bermula menuntut untuk nya berlaku kebaikan yg istimewa terhadap subjek yg dijanjikan ...  Namun sepertinya Tuhan menginginkan kehendak lain... Dia terus berjuang dengan caranya... Mulai dari hiasan senyum Hingga berpakaian... Hingga perasaan takut kehilangannya muncul... Jelas sudah skenario Tuhan inginkan. Mengapa hal itu dapat berlaku? Setiap manusia memiliki cobaan dan batas dalam menyelesaikan masalah nya... Kadang orang untuk melewatinya melakukan cara-cara yg tidak sesuai dengan kaidah perjuangan yang diatur baik dalam agama maupun dalam pemerintahan itu sendiri... sekarang hal itu dianggap wajar namun harus menanggung beberapa konsekuensi yang ada diantaranya yang paling kecil yaitu dikucilkan dari masyarakat luas... Bahkan tak khayal... Kadang hukum berupa karma  dan sumpah diikut sertakan berperan didalamnya... Ironi memang...
Disini keberadaan perasaan bukan sebagai jawaban melainkan sebab yg tak pernah dimengerti oleh akal...perasaan memainkan peranan penting jika pengetahuan tidak berpartisipasi dalam membangun jiwa untuk membentengi diri dari pengaruh yang tidak baik apalagi pengetahuan itu tdk dimiliki... 

Seperti cerita sebelumnya... perasaan tak terkontrol itu berkilah... menyiksaku dengan segenap peluru rindu menghujam untuk memiliki sang bunga namun apalah daya kemampuannya  belum menghuni sehingga iya tak berdaya dan kembali kepada sang pencipta jawabannya...disini sang pencipta memilikinya untuk memegang kendali  diatas apa yg telah dilakukannya... jika iya tidak berbuat sesuai tuntunan maka hukuman rindu mulai bekerja...Iya menginginkannya sebagai pengawasan terhadap diri yg ceroboh dalam menjalani... Apakah ini yg terakhir sebagai cobaan.  ? Entahlah lah selama mata belum tertutup telinga belum berhenti mendengar dan hati belum berhenti bekerja... Amal adalah jawabannya...( Tanpa sadar.. dia sdh masuk dalam cerita yg dibuat.) Wassalam...

0 komentar:

Posting Komentar

Breaking News
Loading...
Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2013 BONTER STATISTIKA All Right Reserved