Organisasi Di Mata Seorang Organisator Pincang

Hari yang penat malangkah dalam sekejap menjadi duri dalam setiap pikiran untuk terus menjalani kehidupan hayalan yang penuh misteri. ia bersandar pada waktu yang begitu abstrak dimata seorang manusia. Pagi itu adalah mimpi bagi seorang jomblo. Namun setidaknya itulah sebutan bagi orang disekitarnya untuk menamai sebuah status dalam kehidupan remaja yang menuju dewasa tanpa mendapatkan seorang pendamping yang mereka banggakan dikalangan mereka sendiri. Tidak mengherankan jika itu merupakan hal yang lumrah ditengah teknologi yang semakin canggih
dibaringi dengan kelemahan idealitas sosial yang rapuh ditangan sebuah demokrasi. Demorkrasi sebagai jawaban atas masalah yang kebanyakan orang mengerti tapi salah memanfaatkan dan orang yang tidak mengerti malah menjunjung tinggi bak sebuah bunga yang tercium harum namun duri yang di sentuh sangat tajam menusuk. kau boleh bangga dengan ketidaktauan akan hal tersebut namun jangan menyesal jika keburukannya adalah tanda pengetahuan akan hal itu mulai muncul. berdedikasi padanya membuat kita bangga namun bukan menjadi seorang yang rapuh ditangan tuhan namun rapuh ditangan penguasa. engkau sombong dengan jabatan namun lupa dengan jati diri. menyalahkan orang lain tapi tak tahu memperbaiki diri sendiri. menjungjung tinggi harkat dan martabat diri adalah jawabannya namun dimata mereka bukanlah sebuah tindakan terpuji melainkan pekerjaan menyombongkan diri.

Ada hal yang tak bisa kau sebut sebagai pengertian namun bukannya tak berpengetahuannya tentangnya. cerita lirih bagai sebuah penah yang menyentuh kertas ia menyentuh dengan harapan yang indah akan tulisan tapi rapuh akan keindahan sebuah tulisan. inilah dunianya yang ketika senyum engkau disuruh senyum yang ketika menangis engkau disuruh menangis. caranya mudah tapi menyesatkan bagi penikmatnya.