.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }
Jumat, 14 Desember 2018

TAHUN 2018




Kamu berbeda dari tahun yang lain,, tidak seperti tahun sebelumnya kau memberi banyak kenangan dengan luka yang tak pernah bisa dilupakan. Namun semua perjuangan dimulai dari sini... berawal dari sebuah cobaan yang begitu menyiksa di mana seorang ayah yang saya kenal kuat dan selalu menjadi penopang bagi keluarga kini terbaring lemah tak berdaya dalam menghadapi sebuah penyakit yang diderita.
Sebagai anggota keluarga yang disulungkan tentunya banyak yang menjadi bahan pertimbangan dan tentunya memulai sesuatu dengan bertindak untuk berusaha tanpa tergantung pada orang tua dengan cara bekerja. Tepatnya pada awal tahun saya berkerja sebagai karyawan disebuah hotel dimana latar belakang pendidikan sangat bertolak belakang dengan pekerjaan tersebut.  Ditambah lagi dengan suasana kerja yang tidak mendukung dengan prinsip dalam hidup saya... namun demi untuk dekat dengan orang tua dan dapat selalu mengontrol keluarga saya melakukannya. Hari demi hari, minggu ketemu minggu, bulan ketemu bulan mencoba menikmati pekerjaan sembari merawat orang tua dibantu adik-adik saya sembari berharap kesembuhan orang tua tentu menjadi hal yang saya anggap sebagai ibadah dalam menjalani hidup yang penuh tidak kepastian... namun semakin lama waktu membuktikan kekejamannya kenikmatan yang Tuhan kasih semua ada awal dan akhirnya ketika kita berencana dan Tuhan berkehendak lain semua itu jadi bukti bahwa manusia tidak dapat berdaya dihadapan kuasannya. Terkait dan asmara saya mencoba optimis dengan memberikan sebuah tanda dan ihktiar kepada seseorang yang mungkin kebangkitan itu terasa muncul dengan adanya dia dalam hidupku.
dipertengahan tahun ketika tepatnya bulan ramadhan dimana yang seharusnya kami menghadapi hari bahagia dan hari kemenangan namun ketika itu tepat 1 hari sebelum hari kemenangan tiba., kakek yang menjadi andalan kami keluarga jika  ada masalah, kakek yang menjadi tauladan dalam setiap tingkah laku kami bahkan dalam ibadah diantara anggota keluarga kakek tidak ada yang menandingi pergi menghadap sang maha kuasa. Bagi saya ini merupakan pukulan yang sangat menyakitkan dan sangat menyiksa dan terutama bagi ibu saya dimana disisi lain ia memiliki suami yang sedang terbaring lemah ,,, disisi lain ia ditinggal oleh seorang ayah yang sangat dia cintai. entah dosa apa yang menghampiri keluarga kami namun sembari menatap langit yang cerah  melihat lautan yang luas mencoba optimis dengan melihat kebaikan yang mungkin muncul. 
Menghadap idul adha hal yang paling menyakitkan pun tiba tepat 4 hari sebelum hari raya kurban ayah saya menghembuskan nafas terakhir dirumah sakit,,, segala usaha dan upaya telah kita perjuangan doa dan harapan telah kami usahakan dari seorang yang ayah yang meresa masih ingin berjuang melawan sakit untuk sehat demi melihat anak-anaknya berhasil dan apa yang telah diperjuangan tersebut terwujud,,, kini hanya menjadi angan-angan belaka. Ia ada seorang yang penuh semangat penuh cita-cita penuh perjaungan penuh harapan tak kenal badai tak kenal rasa sulit tak kenal takut,,, sepanjang hidup pendidikan ialah hal utama demi keluarga seorang ayah yang rela menderita sepanjang hidupnya demi keluarga yang dicintainya walaupun balasanya yang dia dapat belum sepenuhnya ia harapkan... jangan segempal keluh kesah bahkan setitik masalah tak pernah ia limpahkan ke kami,,, ia selalu berusaha menanggungnya walaupun badan dan harkat menjadi taruhannya.
Diakhir hayatnya ia hanya bisa menangis melihat anak2 mendamping tanpa bisa mengucap sepata kata tentang kebaikan kami di masa yang akan datang dikarenakan penyakit yang menghimpitnya banyak yang ingin dia utarakan hal itu tergambar dalam derai aimata diasaat dia membuka mata untuk yang terakhir kalinya.... saya hanya tidak bisa membayangkan betapa menyakitkannya ketika hal yang kau perjuangkan hal yang telah kau usahakan disisa hidupmu bahkan untuk kebaikan keluarga tak dapat kau ucapkan ditengah keinginan untuk sembuh namun tuhan menyuruh untuk berhenti dan meninggalkan semuanya... betapa sesaknya hari terakhir tersebut.
Itulah  perjuangan seorang ayah yang kini dapat kupahami betapa waktu dan kesempatan  begitu sangat mahal harganya. Cinta dan kasih tak akan pernah bisa dibalas dengan hanya berucap namun keikhlasan selalu menjadi penolong di akhir perjalan... sejauh-jauh kita melangkah pada kebenaran pula kita akan kembali.
Dengan kepergian ayah saya menjadi pukulan yang sangat telak bagi kami keluarga. Terutama ibu saya,,, belum lama ayahnya meninggal kini sang suamipun meninggalkannya. Bagai burung yang tak bersayap karena sayapnya telah terpatahkan. Kini hanya anak-anak yang menjadi hapannya untuk menghadapi hidup kedepannya.
Setelah ayah saya pergi... saya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan saya bukan karena alasan seorang ayah namun lebih kepada prinsip hidup yang jauh dari lingkungan kerja. Ditambah lagi sebagai seorang anak sulung tentu segala aktifitas yang ada jika seorang ayah sudah tiada maka tentu dipundaknya kini berada.
Dipenghujung tahun setelah kepergian ayah saya kini om yang biasa saya pijat pundaknya ketika bertemu dimasjid ketika sholat berjamaah... orang yang saya dekati dengan candanya meningggalkan kami juga... hal itu membuat saya sangat terpukul dan sangat menyesali kenapa harus kami keluarga yang mengalami yang namanya ditinggalkan hampir dalam waktu yang bersamaan. Apakah ini bencana atau sebagai cobaan yang begitu rumit untuk dijalani.
Kusimpan cerita tahun ini sebagai bahan motivasi dan pelajaran berharga dalam menghadapi dunia kedepannya yang tak tentu arah.  Kejadian demi kejadian,,, seperti sebuah drama yang tiada akhir. Ada yang datang dan pergi seperti arah langkah yang jauh membayangi...


0 komentar:

Posting Komentar

Breaking News
Loading...
Quick Message
Press Esc to close
Copyright © 2013 BONTER STATISTIKA All Right Reserved